Digital

Berita Digital Terkini

Lindungi Data Nasabah, Ini Sederet Upaya BRI Tingkatkan Keamanan Siber

Lindungi Data Nasabah, Ini Sederet Upaya BRI Tingkatkan Keamanan Siber

DIGITAL – Di era digital seperti sekarang, keamanan siber menjadi salah satu hal yang sangat penting, terutama bagi lembaga keuangan seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang menangani data pribadi dan keuangan nasabah. Dalam beberapa tahun terakhir, perbankan digital semakin berkembang pesat, memberikan kemudahan bagi nasabah untuk melakukan transaksi perbankan tanpa harus datang ke kantor cabang. Namun, dengan semakin banyaknya transaksi online, risiko terhadap ancaman siber, seperti peretasan, pencurian data, dan serangan malware, juga semakin meningkat.

Untuk itu, BRI terus berupaya meningkatkan keamanan siber guna melindungi data dan transaksi nasabah agar tetap aman. Berikut adalah sederet upaya yang dilakukan oleh BRI untuk memperkuat sistem keamanan dan menjaga kepercayaan nasabah.

1. Implementasi Enkripsi Data End-to-End

Salah satu langkah utama yang dilakukan oleh BRI untuk melindungi data nasabah adalah dengan menggunakan enkripsi data end-to-end. Teknologi enkripsi ini berfungsi untuk mengamankan informasi yang dikirimkan antara perangkat nasabah dan sistem BRI. Dengan enkripsi, data yang dikirimkan menjadi tidak dapat dibaca oleh pihak ketiga meskipun data tersebut berhasil dicegat selama proses transmisi.

Melalui penerapan enkripsi, BRI memastikan bahwa semua transaksi, termasuk transfer uang, pengecekan saldo, dan pengelolaan rekening lainnya, terlindungi dengan baik. Ini menjadi lapisan keamanan pertama yang sangat vital dalam menjaga data nasabah tetap aman dari ancaman peretasan.

2. Autentikasi Dua Faktor (2FA)

Untuk memperkuat keamanan pada setiap akses akun nasabah, BRI menerapkan autentikasi dua faktor (2FA). Selain memasukkan kata sandi, nasabah juga diwajibkan untuk melakukan verifikasi tambahan, seperti memasukkan kode OTP (One-Time Password) yang dikirim melalui SMS atau aplikasi autentikator. Hal ini membuatnya lebih sulit bagi pihak yang tidak berwenang untuk mengakses akun nasabah meskipun mereka berhasil mengetahui kata sandi akun tersebut.

2FA menjadi lapisan perlindungan yang sangat efektif karena hanya nasabah yang memiliki akses ke perangkat mereka yang bisa menerima kode OTP tersebut, sehingga mencegah potensi penyalahgunaan akun oleh pihak ketiga.

3. Penggunaan Teknologi Biometrik

Dalam upaya meningkatkan pengalaman pengguna sekaligus memperkuat sistem keamanan, BRI juga memanfaatkan teknologi biometrik seperti pengenalan wajah dan sidik jari. Dengan menggunakan fitur biometrik ini, nasabah dapat mengakses layanan perbankan digital BRI secara lebih mudah dan aman. Teknologi biometrik memastikan bahwa hanya nasabah yang sah yang dapat mengakses akun mereka, mengingat data biometrik sangat sulit dipalsukan atau dicuri.

Sebagai contoh, pada aplikasi mobile banking BRI, nasabah dapat menggunakan pemindaian wajah atau sidik jari untuk login, sehingga proses autentikasi lebih cepat dan aman dibandingkan dengan menggunakan PIN atau kata sandi konvensional.

4. Pemantauan dan Deteksi Ancaman Secara Real-Time

BRI juga melakukan pemantauan sistem secara real-time untuk mendeteksi potensi ancaman siber yang dapat mengancam keamanan data nasabah. Sistem pemantauan ini dapat mendeteksi aktivitas mencurigakan atau pola transaksi yang tidak biasa yang bisa menjadi indikasi adanya upaya peretasan atau penipuan.

Jika ada potensi ancaman, tim keamanan siber BRI dapat segera melakukan langkah mitigasi untuk mencegah kerugian lebih lanjut, seperti menghentikan sementara transaksi atau mengunci akses ke akun yang terindikasi terlibat dalam aktivitas mencurigakan. Pemantauan yang terus-menerus ini memungkinkan BRI untuk merespons ancaman secara cepat dan akurat.

5. Penerapan Sistem Keamanan Berlapis (Layered Security)

Untuk melindungi data dan sistem, BRI menerapkan sistem keamanan berlapis (layered security), yang menggabungkan beberapa teknologi keamanan untuk saling melengkapi. Ini termasuk firewall, perangkat lunak anti-virus, dan perlindungan malware, serta pengawasan oleh tim IT yang berkompeten. Setiap lapisan berfungsi untuk melindungi sistem dari serangan yang berbeda-beda, baik dari luar (misalnya, peretasan jaringan) maupun dari dalam (misalnya, akses yang tidak sah oleh karyawan).

Keamanan berlapis ini memberikan tingkat perlindungan yang lebih tinggi, memastikan bahwa meskipun satu lapisan dapat ditembus, lapisan lainnya tetap dapat melindungi sistem dari kerusakan lebih lanjut.

6. Edukasi dan Penyuluhan Keamanan untuk Nasabah

Selain teknologi, BRI juga sangat fokus pada edukasi nasabah untuk memastikan mereka sadar akan pentingnya menjaga keamanan data pribadi. BRI secara aktif memberikan informasi dan penyuluhan mengenai cara-cara melindungi diri dari ancaman siber, seperti:

  • Tidak membagikan PIN, kata sandi, atau informasi pribadi lainnya kepada orang lain.
  • Waspada terhadap phishing dan penipuan online yang dapat mencuri data login dan informasi penting lainnya.
  • Menggunakan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun yang dimiliki.

Melalui kanal-kanal seperti aplikasi mobile, website resmi, dan media sosial, BRI memberikan tips dan informasi tentang cara mengidentifikasi serangan siber dan bagaimana cara melindungi akun perbankan nasabah.

7. Audit Keamanan Berkala

Untuk memastikan bahwa sistem keamanan yang diterapkan berjalan dengan baik, BRI melakukan audit keamanan secara berkala. Audit ini dilakukan oleh tim internal BRI serta pihak ketiga yang berkompeten dalam keamanan siber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi celah atau potensi kelemahan dalam sistem.

Hasil audit digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem keamanan BRI, sehingga nasabah dapat merasa lebih aman dan nyaman dalam menggunakan layanan perbankan digital.

8. Penggunaan Infrastruktur Cloud yang Aman

BRI juga memanfaatkan infrastruktur cloud yang aman untuk menyimpan data nasabah. Penyimpanan di cloud memungkinkan data nasabah dapat dilindungi dengan sistem pengamanan tingkat tinggi, seperti enkripsi dan perlindungan terhadap serangan DDoS (Distributed Denial of Service). Infrastruktur cloud ini memastikan bahwa data tidak hanya aman, tetapi juga mudah diakses dengan cepat, meskipun dalam situasi darurat.

9. Penerapan Kebijakan Keamanan yang Ketat untuk Karyawan

BRI juga mengimplementasikan kebijakan keamanan yang ketat untuk para karyawan yang memiliki akses ke sistem perbankan. Karyawan yang terlibat dalam pengelolaan data nasabah harus menjalani pelatihan keamanan siber yang rutin dan mematuhi prosedur yang telah ditetapkan, seperti menggunakan autentikasi ganda untuk akses ke sistem dan menjaga kerahasiaan data nasabah.

Kesimpulan

BRI sangat serius dalam melindungi data dan transaksi nasabah dari ancaman siber. Dengan penerapan enkripsi data, autentikasi dua faktor, biometrik, dan sistem pemantauan keamanan yang canggih, BRI berusaha menciptakan lingkungan perbankan digital yang aman dan nyaman. Selain itu, dengan edukasi nasabah dan audit berkala, BRI menunjukkan komitmennya untuk menjaga keamanan informasi pribadi nasabah, menjadikan bank ini sebagai salah satu lembaga keuangan yang bisa dipercaya di era digital.

Keamanan siber bukanlah tugas yang mudah, namun dengan berbagai langkah proaktif yang diambil BRI, nasabah dapat lebih merasa aman dalam melakukan transaksi perbankan secara online. Sebagai nasabah, Anda juga disarankan untuk selalu berhati-hati dan mengikuti langkah-langkah perlindungan yang dianjurkan demi menjaga keamanan data Anda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *