DIGITAL – Era digital telah membawa banyak perubahan dalam cara kita hidup, bekerja, dan belajar. Teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih mempermudah kita dalam mencari informasi, berkomunikasi, serta mengakses hiburan. Namun, di balik kemudahan ini, muncul kekhawatiran mengenai dampak negatifnya terhadap kemampuan literasi anak muda. Meskipun akses terhadap informasi semakin luas, beberapa penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa literasi – kemampuan membaca, menulis, dan memahami informasi dengan baik – justru menurun di kalangan anak muda. Bagaimana era digital bisa menjadi faktor penurunan literasi ini? Berikut beberapa alasan utamanya.
1. Konsumsi Informasi yang Singkat dan Cepat
Di era digital, media sosial menjadi salah satu sumber informasi utama bagi anak muda. Namun, platform seperti TikTok, Instagram, dan Twitter menampilkan informasi dalam format yang ringkas dan terbatas, sering kali hanya dalam bentuk teks pendek, gambar, atau video berdurasi singkat. Hal ini mengakibatkan perubahan dalam cara mereka memproses informasi; mereka cenderung mencari informasi yang instan dan cepat dicerna.
Ketika terbiasa dengan informasi yang singkat, anak muda sering merasa kesulitan membaca teks yang lebih panjang, seperti artikel atau buku, yang memerlukan konsentrasi dan pemahaman lebih mendalam. Kemampuan untuk mencerna informasi dengan baik berkurang, karena kebiasaan ini menggeser fokus mereka dari pemahaman yang mendalam ke konsumsi informasi yang lebih dangkal.
2. Perhatian yang Lebih Pendek
Seiring dengan kemajuan teknologi, studi menunjukkan bahwa rentang perhatian manusia, khususnya anak muda, menjadi lebih pendek. Hal ini disebabkan oleh arus informasi yang terus menerus dan berbagai notifikasi yang mengalihkan perhatian mereka. Penggunaan gawai dan media sosial yang intens menyebabkan mereka lebih sulit berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Padahal, untuk meningkatkan literasi, diperlukan konsentrasi yang kuat dan kemampuan untuk memusatkan perhatian saat membaca atau menulis.
Banyak anak muda yang sekarang lebih sulit bertahan membaca atau menulis dalam waktu lama, bahkan ketika sedang belajar atau bekerja. Hal ini pada akhirnya menghambat pengembangan kemampuan literasi yang menuntut konsentrasi dalam memahami ide-ide kompleks.
3. Banyaknya Informasi yang Tidak Akurat
Era digital juga membawa tantangan baru berupa banjir informasi yang belum tentu akurat. Fenomena berita palsu atau hoaks menjadi hal yang cukup mengkhawatirkan, karena anak muda sering kali sulit membedakan informasi yang valid dan yang tidak. Literasi bukan hanya soal kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan berpikir kritis untuk memahami konteks informasi, membedakan fakta dari opini, serta mengevaluasi keabsahan sumber informasi.
Ketidakmampuan dalam memilah informasi yang valid dapat menyebabkan mereka menyerap pengetahuan yang salah atau tidak akurat, yang pada akhirnya berpengaruh pada kemampuan literasi mereka secara keseluruhan. Informasi yang salah tidak hanya merusak pemahaman mereka, tetapi juga membentuk pola pikir yang keliru.
4. Berkurangnya Minat Membaca Buku Fisik
Era digital juga menyebabkan pergeseran dari membaca buku fisik ke membaca melalui layar gawai. Sayangnya, penelitian menunjukkan bahwa membaca melalui layar memiliki efektivitas yang berbeda dibandingkan dengan membaca dari media cetak. Membaca dari layar sering kali lebih melelahkan dan bisa mengurangi pemahaman karena berbagai distraksi, seperti notifikasi dari aplikasi lain yang mengganggu fokus.
Membaca buku fisik memiliki dampak positif dalam meningkatkan konsentrasi dan pemahaman secara mendalam, karena membaca buku biasanya tidak melibatkan gangguan seperti yang terjadi pada perangkat digital. Anak muda yang cenderung lebih sedikit membaca buku fisik dan lebih sering mengandalkan gadget mengalami penurunan kualitas literasi secara signifikan.
5. Menurunnya Kemampuan Menulis
Literasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan menulis. Di era digital, kebiasaan menulis yang benar dengan tata bahasa dan ejaan yang baik semakin berkurang. Di media sosial atau platform pesan singkat, anak muda lebih sering menggunakan bahasa singkat, emoji, serta singkatan, yang menyebabkan kemampuan mereka dalam menulis dengan baik dan benar menjadi menurun.
Anak muda juga cenderung mengabaikan aspek-aspek penting dalam menulis, seperti tata bahasa, struktur kalimat, dan alur cerita yang baik. Hal ini berdampak pada menurunnya kemampuan menulis mereka, yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan mereka dalam berkomunikasi dan mengungkapkan ide secara efektif.
6. Kebiasaan Membaca yang Terbatas pada Topik Populer
Di era digital, algoritma media sosial dan mesin pencari cenderung menampilkan konten yang sesuai dengan minat pengguna. Anak muda yang sering mencari konten tertentu akan disuguhkan topik yang sama berulang kali. Hal ini menyebabkan kebiasaan membaca mereka menjadi terbatas pada topik-topik populer atau topik yang dianggap menarik saja.
Sebagai hasilnya, pengetahuan dan wawasan mereka menjadi sempit, dan mereka tidak terbiasa membaca atau mempelajari topik-topik yang lebih luas dan mendalam. Literasi membutuhkan kebiasaan membaca yang beragam agar kemampuan berpikir kritis dan pemahaman terhadap berbagai isu dapat berkembang dengan baik.
Leave a Reply