Lahir di Era Digital, Bagaimana Membangkitkan Minat Generasi Alfa pada Tulis Menulis?

Lahir di Era Digital, Bagaimana Membangkitkan Minat Generasi Alfa pada Tulis Menulis?

dijitalsafahat.com-Hampir mirip dengan Generasi Z, generasi alfa lahir sebagai digital native. Mereka lahir di era digital dan akrab dengan hal-hal yang serba digital. Situasi itu menjadikan pengereman penggunaan gawai pada anak menjadi lebih menantang bagi orangtua. Definisi Gen Alfa itu merujuk pada mereka yang lahir pada 2010 hingga 2025.

“Kita menjadi generasi milenial, atau lebih muda dari milenial, yang memang menyaksikan sendiri bagaimana pergerakan dunia sangat cepat. Generasi Alfa hadir dengan dunia yang dinyamankan oleh digital, misalnya penggunaan gadget,” kata Yunita Subroto, Kepala Sekolah St. Laurensia, dalam talkshow di sela Festival Karya Raya di Jakarta, Jumat, 27 September 2024.

Yunita mengingatkan orangtua tentang pentingnya mengatur dan mengajarkan anak mengontrol penggunaan gawai, terutama sebelum usia dua tahun. Ia meminta orangtua tidak memilih cara yang instan dengan membiarkan anak-anak memakai gawai tanpa batas waktu.

“Meskipun gadget dapat mendukung kreativitas anak, pengawasan yang bijaksana tetap diperlukan agar anak tidak terjebak dalam dunia instan yang dapat mengganggu fokus mereka,” tambah Yunita.

Sementara, cofounder Karya Raya Ernies Junius W. menekankan bahwa gawai pada dasarnya bisa membantu anak-anak menciptakan karya. “Dalam banyak aspek, teknologi membawa kemudahan, seperti akses informasi yang lebih luas. Dengan gadget, anak-anak dapat belajar hal-hal baru dengan cepat hingga meningkatkan kreativitas,” ujarnya seraya mengingatkan soal pengawasan orangtua.

Salah satu bentuk karya itu adalah tulisan. Menurut Ernies, era digital membuat daya tarik untuk menulis sendiri menurun.

Menulis dan Menggambar sebagai Ekspresi Diri Generasi Alfa

Hal itu bisa disiasati dengan terus kesabaran, meyakini kemampuan anak, dan berusaha memotivasi mereka dengan mengapresiasi karya yang dihasilkan. “Apresiasi, seperti memamerkan karyanya, bertujuan mendorong mereka untuk menulis lagi. Karya mereka bisa dibaca, dilihat, dan topiknya pun dapat dikembangkan lebih luas,” kata Ernies.

Sementara itu, Marcella Simon, artis dan penulis cerita anak, menyebut dengan menulis, anak-anak dapat menuangkan pengalaman, pengetahuan, serta hal-hal menarik dalam bentuk kalimat-kalimat sederhana. “Menulis itu adalah sarana untuk mengekspresikan diri. Anak-anak bisa mengekspresikan pengalaman dan pengetahuan mereka,” kata Marcella.

Untuk membangkitkan minat generasi alfa pada bidang tulis menulis adalah dengan membuat mereka merasa dihargai. Cara mengekspresikannya beraga, dari mau belajar mendengarkan apa yang disampaikan anak hingga karyanya dibaca orangtua.

“Untuk membuat kalimat, anak-anak butuh pengetahuan sebelumnya. Itu dirangkum dalam sebuah cerita, pembentukan karakter, lalu membuat gambar yang sesuai. Pemikiran tentang latarnya, seperti apa, itu termasuk proses yang kompleks,” kata Marcella.

Merangsang minat anak pada tulis menulis juga bisa dimulai dengan memperkenalkan mereka dengan hobi menggambar. Walau pada dasarnya kedua hal itu berbeda, anak-anak dinilainya mampu menggambar dan menulis secara konsisten dan profesional dari halaman pertama ke halaman berikutnya.

Belajar Setahap demi Setahap

Yunita menyebut Generasi Alfa itu luar biasa secara kognitif. Mereka perlu diarahkan untuk bisa mengekspresikan diri secara nyata dan langsung.

“Kita mengajarkan bagaimana menuangkan sebuah fakta, lalu mengembangkan gambar. Generasi Alfa suka bermain dengan kata sekreatif mungkin, misalnya kapan menggunakan kata kamu dan lain sebagainya,” kata Yunita.

Yunita juga berbagi pengalaman pentingnya memberi waktu bagi anak untuk berkarya tanpa intervensi yang berlebihan. Biarkan anak berilustrasi untuk berkreativitas sesuai keinginan mereka.

“Cukup satu jam sehari, dan saya tidak intervensi. Biar anak berkarya, tapi akhirnya jadi juga karyanya. Kebetulan karya anak saya masuk di 100 yang terseleksi pada Festival Karya Buku 2024,” tuturnya.

Ia pun berpesan kepada orangtua untuk terus mendukung anak mengembangkan kreativitas mereka. Dia menekankan bahwa menjaga semangat dan kreativitas anak sebagai kunci untuk membantu mereka tumbuh berpotensi.

“Terus kembangkan kreativitas, terus eksplorasi dunia-dunia baru. Sebagai orangtua, kita harus melihat bagaimana perkembangan anak, yang harus dipegang adalah daya juang dan kreativitas mereka. Jangan biarkan kreativitas itu mati,” tuturnya.

Festival Karya Raya

Mengutip rilis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, Festival Karya Raya adalah puncak selebrasi dari program inovatif yang bertujuan untuk menginspirasi anak-anak dalam menulis dan bercerita. Anak-anak dirangsang mengeksplorasi imijinasi dan ide kreatifnya melalui tulisan yang kemudian diubah menjadi buku yang bermakna.

Karya-karya tersebut akan dipublikasikan di perpustakaan online Bookabook: byme.bookabook.id dan dipamerkan di Perpustakaan Jakarta. Program ini ditutup dengan Festival Karya Raya, di mana anak-anak dapat mempromosikan hasil karya mereka melalui berbagai aktivitas menarik seperti Tell-a-tale Storytelling Contest, Lakukaryaku Booth, dan masih banyak lagi.

“Dalam tahun kedua penyelenggaraan Karya Raya, kami mengusung tema ‘Page of Possibilities’. Tujuan kami adalah mendorong anak-anak untuk mengeksplorasi kreativitas dan mengoptimalkan potensi mereka sebagai penulis, pencipta, dan pembuat perubahan,” kata Ernest Junius.

Pada tahun ini, Karya Raya memamerkan lebih dari 600 karya buku anak-anak Indonesia di Perpustakaan Jakarta pada 7–27 September 2024. Sedangkan, total peserta naik hingga dua kali lipat dibandingkan dengan tahun pertama penyelenggaraan, yakni 1.018 peserta.

Penyerahan penghargaan digelar pada 28 September 2024 bertempat di Gedung Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, diserahkan oleh pihak Perpustakaan Jakarta dan Karya Raya. Terdapat tujuh kategori penghargaan yang diberikan, berdasarkan penilaian juri dan pilihan pembaca, yaitu Imagination Wizard Award, Giggle-licious Tale Award, Creative Canvas Award, Inspiration Spark Award, Readers’ Choice Award, dan Storytelling Award.

Tahun ini, kategori baru, Young Jury Award, diperkenalkan, menghadirkan panel juri muda yang usianya tidak jauh berbeda dengan para peserta. Penghargaan ini istimewa karena dipilih oleh pembaca sebaya, mencerminkan selera generasi masa depan. Reda Gaudiamo memimpin sebagai ketua juri Karya Raya tahun ini, sementara salah satu juri muda adalah Mischka & Devon, kakak beradik peraih lebih dari 100 medali Olimpiade Matematika dan Sains Internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *